Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah menggencarkan pelaksanaan Cek Kesehatan Gratis (CKG). Program nasional ini digagas Kementerian Kesehatan untuk mencapai pembangunan sumber daya manusia unggul sesuai misi Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran.
Sebagai bagian dari Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) Kementerian Kesehatan, CKG bertujuan memperluas deteksi dini penyakit, meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan beban layanan kesehatan kuratif. Melalui pendekatan siklus hidup, CKG menyasar seluruh kelompok umur mulai dari bayi baru lahir, balita dan anak pra-sekolah, dewasa hingga lansia.
Di Jakarta, program CKG dijalankan serentak oleh 44 puskesmas tingkat kecamatan yang tersebar di enam kabupaten/kota. Saat ini, layanan CKG juga telah dibuka di 103 puskesmas pembantu dan 16 Klinik Pusat Pelayanan Kesehatan Pegawai untuk memperluas jangkauan pelayanan.
Cek kesehatan gratis adalah layanan yang diberikan kepada masyarakat tanpa dipungut biaya untuk mendeteksi faktor risiko penyakit, kondisi pra-penyakit serta penyakit kronik secara lebih dini. Pemeriksaan dilakukan dengan pendekatan siklus hidup dan difokuskan pada upaya promotif dan preventif.
Jenis pemeriksaan meliputi skrining kelainan bawaan pada bayi baru lahir, skrining balita, skrining penyakit menular dan tidak menular, skrining kanker dan beberapa skrining lainnya.
Mengapa CKG Penting?
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa 33,6 persen penduduk usia 20 tahun dan lebih memiliki aktivitas fisik yang rendah, sebanyak 30,92 persen merokok, dan 23,4 persen mengalami obesitas. Data yang sama menunjukkan 30,8 persen penduduk usia 18 tahun dan lebih memiliki hipertensi. Mayoritas penyakit ini berawal dari kebiasaan sehari-hari dan tidak terdeteksi sejak dini.
Gaya hidup masyarakat perkotaan yang cenderung kurang aktivitas fisik, pola makan tidak sehat, dan tekanan hidup yang tinggi dapat memicu gangguan kesehatan baik fisik dan mental. CKG menjadi jawaban untuk mendorong masyarakat memeriksakan kesehatan secara rutin tanpa harus menunggu sakit. Dengan skrining kesehatan lebih awal, potensi terjadinya penyakit dapat diantisipasi atau bahkan dicegah.
Pendekatan Komunitas dan Teknologi
Pelaksanaan CKG di Jakarta menempatkan pendekatan komunitas sebagai kunci sukses. Kegiatan CKG komunitas dilaksanakan di berbagai lokasi strategis, seperti di kantor-kantor pemerintah dan swasta, pusat perbelanjaan, pusat olahraga (misalnya Stadion Gelora Bung Karno dan area Car Free Day), ruang-ruang publik, serta berbagai kegiatan keagamaan maupun kesehatan masyarakat lainnya.
Pelaksanaan CKG tidak lepas dari dukungan teknologi. Warga bisa mendaftar, melihat jadwal, bahkan memantau hasil pemeriksaannya melalui aplikasi SATUSEHAT Mobile. Adapun Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK) juga tersedia untuk mempermudah tenaga kesehatan mendokumentasikan kondisi kesehatan masyarakat yang menjalani pemeriksaan kesehatan.
Kolaborasi menjadi Kunci
Keberhasilan implementasi cek kesehatan gratis di DKI Jakarta tidak hanya bergantung pada pemerintah semata. Untuk mencapai cakupan yang luas dan layanan yang berkualitas, kolaborasi lintas sektor menjadi fondasi penting pelaksanaan CKG.
Hingga 31 Agustus 2025, tercatat sebanyak 77,22 persen dari 498.928 total pendaftar atau sekitar 385.286 orang, telah menjalani skrining kesehatan gratis. Dari capaian tersebut, tingkat partisipasi tertinggi berasal dari wilayah Jakarta Timur dengan dominasi peserta dari kelompok usia dewasa (40−59 tahun). Adapun hasil pemeriksaan menunjukkan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan adalah kurangnya aktivitas fisik, disusul dengan hipertensi dan dislipidemia. Dislipidemia adalah kondisi ketidakseimbangan kadar lemak dalam darah, seperti kolesterol dan trigliserida.
Selain itu, peserta CKG yang teridentifikasi berisiko tinggi telah mendapatkan tindak lanjut di puskesmas melalui pemeriksaan lanjutan, konseling, edukasi, pengobatan, serta rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut apabila diperlukan. Selanjutnya, CKG akan diperkuat melalui sinergi dengan berbagai mitra seperti sektor swasta, institusi pendidikan, hingga organisasi profesi.
Tantangan dan Upaya Perbaikan
Seperti di daerah lain, pelaksanaan CKG di Jakarta menghadapi sejumlah tantangan. Dalam hal logistik, ketersediaan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) terbatas. Banyaknya peserta CKG dari luar Jakarta membuat kebutuhan BMHP melebihi perhitungan anggaran yang telah disiapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Selain ketersediaan BMHP, tantangan lain yang dihadapi adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatannya secara berkala. Rendahnya tingkat partisipasi ini tidak terlepas dari sejumlah faktor, seperti keterbatasan informasi mengenai adanya program CKG, kurangnya pemahaman atas manfaat pemeriksaan bagi pencegahan penyakit, hingga kekhawatiran dan ketakutan masyarakat terhadap kemungkinan hasil pemeriksaan yang akan diperoleh.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta juga mendapati bahwa sistem pencatatan belum sepenuhnya terintegrasi dan minimnya evaluasi berbasis data juga menjadi temuan penting untuk dibenahi. Oleh karena itu, pemerintah provinsi mendorong percepatan penyediaan bahan medis habis pakai melalui distribusi dari Kementerian Kesehatan atas usulan kebutuhan BMHP yang telah diajukan, integrasi data kesehatan dan penguatan pemantauan berbasis dashboard digital.
Selain upaya logistik dan penguatan sistem tersebut, sosialisasi masif kepada masyarakat juga terus digalakkan melalui berbagai media seperti media sosial, radio, hingga melibatkan tokoh masyarakat.
Dengan dukungan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan partisipasi aktif masyarakat, program CKG diharapkan menjadi tonggak penting menuju transformasi layanan kesehatan primer. Harapannya, program ini dapat meningkatkan angka harapan hidup dan menurunkan beban layanan kesehatan rujukan di masa yang akan datang.