PEARLY
(Promoting Education and Rights for Down Syndrome Children and Family)
SCORP CIMSA UI
Hari Hak Asasi Manusia Seluruh Dunia diperingati setiap tahunnya pada tanggal 11 Desember. Hari Hak Asasi Manusia Seluruh Dunia merupakan tonggak pengingat bahwa hak asasi merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari dan menyangkut kehidupan setiap umat manusia. Sayangnya, kita masih sering menjumpai hak asasi manusia yang tidak diaplikasikan. Masih banyak masyarakat di Indonesia yang tidak mendapatkan hak untuk menerima pendidikan yang layak. Dapat kita jumpai pula kekerasan dan perang terjadi di berbagai titik di dunia, sehingga anak-anak dan perempuan tidak dapat hidup dengan layak dan dihantui oleh rasa takut.
Salah satu masalah hak asasi yang masih sering terjadi adalah diskriminasi terhadap kaum disabilitas dan membutuhkan perhatian khusus. Tidak ada yang lebih tahu mengenai diskriminasi ini dibandingkan dengan orang tua dengan anak yang memiliki anak Down Syndrome. Para orang tua bercerita bagaimana anak-anak mereka sulit untuk mendapatkan teman. Stigma yang melekat pada masyarakat juga dapat menurunkan rasa percaya diri mereka. Kondisi mereka yang membutuhkan usaha lebih untuk mencapai sesuatu apabila dibandingkan dengan teman sebaya mereka juga membuat edukasi formal terasa sulit dijangkau.
Untuk menjawab masalah ini, SCORP CIMSA UI mengadakan acara bernama ‘PEARLY: Promoting Education and Rights for Down Syndrome Children and Family’. PEARLY dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2019 di Gedung Rumpun Ilmu Kesehatan, Depok. Sesuai dengan namanya, kami memberikan informasi dan memperluas wawasan orang tua dengan anak Down Syndrome mengenai kondisi kesehatan mereka: apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang mungkin sulit dilakukan oleh mereka. Setelah menjabarkan kondisi medis, dr. Leonita, selaku pemberi materi dan alumni CIMSA UI, menjelaskan berbagai hal apa saja yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada dan mengoptimalkan potensi. Salah satunya adalah topik pemilihan sekolah dan menentukan minat dan bakat bagi anak Down Syndrome. Dokter Leonita juga menekankan bahwa kita tidak bisa membandingkan kondisi anak Down Syndrome dengan kondisi anak normal.
Bersamaan dengan pemberian materi bagi orang tua, anak-anak yang datang kami ajak bermain. Anak-anak yang bermain dengan kami berusia sekitar 2-5 tahun. Kami mengajak anak-anak dengan Down Syndrome untuk membuat kue. Selain itu, kami juga bermain bola dan bernyanyi. Dengan adanya mini playground ini, kami berharap agar anak-anak dapat tumbuh dengan rasa percaya diri dan tidak merasa didiskriminasi. Selain itu, kami juga berharap agar mereka dapat memiliki teman sebanyak mungkin dan tidak merasa terasingkan.
Setelah sesi talkshow dan bermain berakhir, orang tua yang ada mengerjakan Post-test sebagai tindak lanjut dari Pre-test yang dilakukan sebelum acara dimulai. Sebelum acara ditutup, peserta talkshow antusias untuk memberikan pertanyaan kepada narasumber. Acara kemudian ditutup oleh sesi foto bersama. Selain itu, terdapat pula sesi makan siang bersama.
Kami berharap acara ini dapat memperluas wawasan orang tua mengenai anak Down Syndrome, sehingga hak-hak mereka dapat terpenuhi secara optimal, terutama mengenai pendidikan, minat, dan bakat anak. Kami juga berharap agar anak-anak yang hadir dapat menikmati acara dan mendapat rasa percaya diri untuk bersosialisasi.